You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Cigelam
Cigelam

Kec. Babakancikao, Kab. Purwakarta, Provinsi Jawa Barat

Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat Selamat Datang di Website Resmi Desa Cigelam, Sarana Informasi dan Tranparansi Desa Salam Sehat Selalu dengan INGAT PESAN IBU Memakai MASKER, Menjaga JARAK dan Mencuci TANGAN. Jangan bawa virus kerumah, sayangi KELUARGA. Saat membutuhkan Keterangan dari Desa mohon membawa KTP-eL photpcopy Kartu Keluarga dan Pelunasan PBB tahun berjalan

Cerita Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang Meninggal dalam Kesedihan

SYAFRIANTO 31 Agustus 2021 Dibaca 4.707 Kali
Cerita Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang Meninggal dalam Kesedihan

KERAJAAN Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang pernah berjaya di nusantara. Diceritakan pada tahun 1351, Hayam Wuruk menjadi raja Majapahit.
Gejolak kawula muda dengan semangat yang menyala-nyala dan didukung oleh Maha Patih Gajah Mada yang pandai dan sakti membuat Majapahit dapat menguasai kepulauan Nusantara.
Saat itu, raja-raja tetangga yang jauh maupun yang dekat tunduk dibawah panji-panji Gula-Kelapa yang dimiliki oleh kerajaan Majapahit. Demikian dinukil dari jatimprov.go.id.
Pada waktu tertentu, banyak para tamu mnancanegara yang memberikan cinderamata kepada Sang Raja Hayam Wuruk, saat itu Wilwatiktapura (Majapahit) masuk pada era keemasan. 
Pada saat itu diceritakan bahwa raja Hayam Wuruk belum mau menikah. Namun ada seorang putri yang menarik hatinya yaitu putri dari Negara Pasundhan yang bernama Dyah Pitaloka.
Hayam Wuruk menugaskan Empu Madu untuk menghadap raja Pasundan guna melamar sang putri. Ternyata lamarannya diterima dan dianggapnya sebagai tanda penghormatan dari raja besar Majapahit.
Ringkasnya raja Pasundan menghantar sendiri Dyah Pitaloka ke Majapahit, dengan diiringi serombongan prajurit. Sesampai di negara Majapahit, menyiapkan perkemahan di alun-alun Bubat sambil menanti penjemputan dari Shri Hayam Wuruk.
Diceritakan pada waktu itu mahapatih Hamangkubumi Gajah Mada yang masih diselimuti perasaan yang ingin mewujudkan sumpah setianya mengira bahwa dengan perginya Hayam Wuruk menjemput Dyah Pitaloka akan menurunkan derajat kewibawaan kerajaan Majapahit.
Gajah Mada berpendapat bahwa Dyah Pitaloka harus dibawa menghadap Hayam Wuruk menjadi putri boyongan sebagai pertanda menyerah. 
Keinginan Gajah Mada seperti itu membuat marah Manggala dari Pasundan, akhirnya terjadi perselisihan. Dan terjadilah perang di tengah alun-alun Bubat. 
Para Manggala dari Pasundan tidak ada yang tersisa semuanya tewas di medan pertempuran, termasuk raja Pasundan juga tewas. Melihat kenyataan seperti itu Dyah Pitaloka berduka cita dan bunuh diri. Peristiwa perang Bubat itu dicerita seperti “Sanga Turangga Paksawani”.
Raja Hayam Wuruk yang mendengar berita bahwa Dyah Pitaloka yang diidam-idamkan menjadi istri prameswari sudah meninggal sangat sedih hatinya. Karena sangat sedihnya akhirnya sakit hingga meninggal.
Gajah Mada merasa dosa besar, maka sebagai penebus dosanya lalu mengundurkan diri dari jabatan patih mangkubhumi lalu bertapa dan menyepi di Madakaripura. 

 

Sumber : https://nasional.okezone.com/read/2021/08/15/337/2455924/cerita-hayam-wuruk-raja-majapahit-yang-meninggal-dalam-kesedihan